I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kultur jaringan
adalah teknik pengisolasian bagian tanaman seperti organ jaringan sel dan
produksi yang selanjutnya ditumbuhkan dalam media buatan secara aseptik
sehingga bagian tersebut beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Pelaksanaan
teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang ditemukan oleh
scheiden dan schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan
mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotesi adalah kemampuan setiap sel, dari
mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan yang sesuai
akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (Hendaryono & Wijayani
1994).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
untuk keberhasilan kultur jaringan yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur
kimia dalam media, hormon yang digunakan, substansi organik yang ditambahkan
dan terang atau gelapnya saat inkubasi. Dari sekian banyak permasalahan, yang
harus diteliti dan diperhatikan adalah sterilisasi eksplan yang ingin
dikulturkan, karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Daisy 1994).
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum ini antara lain :
- Mahasiswa dapat melihat dan membandingkan proses sterilisasi eksplan.
- Mahasiswa juga dapat mengetahui pentingnya sterilisasi eksplan pada media.
II.
TEORI
Aklimatisasi
adalah proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam botol (heterotrof) ke kondisi lingkungan luar
(autotrof). Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dalam lingkungan
(suhu dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan luar
(lapang). Planlet yang tumbuh dalam kultur di laboratorium
memiliki karakteristik daun yang berbeda dengan planlet
yang tumbuh di lapang. Daun dari planlet pada umumnya memiliki stomata yang
lebih terbuka, jumlah stomata tiap satuan luas lebih banyak, dan sering tidak memiliki
lapisan lilin pada permukaannya. Dengan demikian, planlet sangat rentan terhadap
kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di lapang, planlet
memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah kaca atau pesemaian,
baik di rumah kaca atau pesemaian. Dalam aklimatisasi, lingkungan tumbuh (terutama
kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapang.
Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup
digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit
karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif.
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 20 Januari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Lampung.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain pinset panjang, gelas piala, baskom plastik,
nampan, dan sungkup plastik.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain eksplan anggrek, fungisida, pecahan
bata, media tanam (pakis cacah).
3.3
Prosedur
Kerja
1.
Keluarkan
planlet dari botol kultur dengan hati-hati, jika sulit, masukan air lebih dulu
supaya agar media kultur lepas dari botol.
2.
Letakan
planlet pada nampan dan cuci botol kultur.
3.
Sterilisasi
media tanam dengan menggunakan fungisida.
4.
Masukkan
pecahan bata kedalam pot hingga ¼ bagian dan pakis cacah hingga penuh.
5.
Kemudian
tanam eksplan anggrek pada media yang tersedia.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aklimatisasi merupakan kegiatan
akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet
dari lingkungan yang terkontrol ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik
suhu, cahaya, dan kelembaban. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan
tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan
dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi
tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Perubahan kondisi lingkungan yang
drastis, dari lingkungan terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil
ke suhu lingkungan yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan
fluktuatif, dan dari cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan
tanaman mudah mengalami cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh
karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap, seperti yang
diterapkan Winarto (2002) pada anyelir. Aklimatisasi akan membantu tanaman
beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan
intensitas cahaya.
V.
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah
dipaparkan dan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa aklimatisasi planlet di rumah aklimatisasi
merupakan tahap penting dalam proses kultur jaringan. Tahap ini sering kali
menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Aklimatisasi
diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki lapisan lilin
tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang
maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata
sering kali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan
tinggi.
Tidak ada komentar...Leave one now