Penggumpalan dapat dibagi 2 yaitu :
  1. Penggumpalan spontan
  2. Penggumpalan buatan
Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu beberapa jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan dapat disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat aktivitas mikroorganisme. Hal itu pula yang menyebabkan mengapa lump hasil penggumpalan alami berbau busuk. Selain itu, penggumpalan juga disebabkan oleh timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar akan bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut, keduanya menyebabkan ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya terjadi pembekuan. Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang menghasilkan lump atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian seperti ini biasa terjadi ketika lateks berada di dalam tangki selama pengangkutan menuju pabrik pengolahan. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet dengan mutu rendah seperti karet remah jenis SIR 10 dan SIR 20. Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang akibat aktivitas bakteri, guncangan serta suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian koloidal yang berupa partikel karet ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar dan membeku. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun mutlak diperlukan, terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh. Zat yang digunakan sebagai bahan pengawet disebut dengan zat antikoagulan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH- di dalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan. Terdapat beberapa jenis zat antikoagulan yang umumnya digunakan oleh perkebunan besar atau perkebunan rakyat diantaranya adalah amoniak, soda atau natrium karbonat, formaldehida serta natrium sulfit . Penggumpalan spontan biasanya disebabkan oleh pengaruh enzim dan bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya  akan  tercium  bau  yang  busus.  Proses penggumpalan spontan ini dikenal dengan prakoagulasi lateks. Sedangkan  penggumpalan buatan biasanya dilakukan dengan penambahan asam, seperti asam asetat (asam cuka) dan asam formiat (asam semut). 
Jumlah asam yang dibutuhkan tergantung dari kadar karet kering lateks, yakni 0.04%  per kg karet kering (asam formiat) atau 0.02 % per kg karet kering (asam asetat). Dengan cara ini lateks akan menggumpal 3-4 jam sesuai dengan mekanisme pengolahan lateks di pabrik pengolahan karet remah.  Dasar penetapan volume asam ini sebenarnya kurang tepat karena prinsip dasar proses koagulasi adalah menurunkan pH lateks segar (± pH 6.9) menjadi pH lateks penggumpalan (pH 4,0-4,7). Dengan cara ini lateks akan menggumpal 15-30 menit.   Namun demikian, penggunaan asam dapat dipertimbangkan dengan waktu mekanisme proses pengolahan.  Penggumpalan dengan penggunaaan asam dengan pH sekitar 4,7 membutuhkan waktu singkat, sedangkan persiapan untuk proses selanjutnya dibutuhkan waktu 3-4 jam, sehingga volume asam dapat dikurangi.  Penggunaan  asam yang berlebihan selain dapat menyebabkan inefisiensi juga menyebabkan pengerasan koagulum.  Koagulum yang lebih keras menyebabkan energi yang dibutuhkan lebih besar karena menambah jumlah penggilingan yang sudah barang tentu menambah waktu dan biaya.   Penentuan jumlah volume asam yang dibutuhkan  untuk koagulasi yang lebih sesuai dengan waktu, maka pemakaian asam dapat lebih efisien, dan menghasilkan koagulum yang lebih seragam sehingga proses penggilingan lebih mudah dan hasil lebih seragam. Penggunaan asam yang bervariasi menyebabkan waktu pengeringan karet berbeda, kekerasan koagulum berbeda, sehingga jumlah penggilingan juga berbeda sehingga mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.  Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan.  Penggumpalan karet didalam lateks kebun (pH ± 6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan nol. Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun segar adalah pada pH 4,5 – 4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat atau asetat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulphate atau nitratpat merusak mutu karet yang digumpalkan.
Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alcohol juga dapat menggumpal partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alcohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggumpalan alcohol sebagai penggumpal lateks secara komersil jarang digunakan. Penambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan partikel karet (negatif), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak, mengakibatkan karet menjadi menggumpal. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet.