Penggumpalan dapat dibagi 2 yaitu :
- Penggumpalan spontan
- Penggumpalan buatan
Lateks kebun akan menggumpal atau
membeku secara alami dalam waktu beberapa jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan
alami atau spontan dapat disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya
bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat aktivitas mikroorganisme.
Hal itu pula yang menyebabkan mengapa lump hasil penggumpalan alami berbau
busuk. Selain itu, penggumpalan juga disebabkan oleh timbulnya anion dari asam
lemak hasil hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar akan bereaksi dengan ion magnesium dan
kalsium dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut, keduanya menyebabkan
ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya terjadi pembekuan. Prakoagulasi
merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang menghasilkan lump atau
gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian seperti ini biasa terjadi
ketika lateks berada di dalam tangki selama pengangkutan menuju pabrik
pengolahan. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah
menjadi karet dengan mutu rendah seperti karet remah jenis SIR 10 dan SIR 20.
Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung di
dalam lateks berkurang akibat aktivitas bakteri, guncangan serta suhu
lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian koloidal yang berupa partikel
karet ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran
lebih besar dan membeku. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun
mutlak diperlukan, terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan
cukup jauh. Zat yang digunakan sebagai bahan pengawet disebut dengan zat
antikoagulan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau
bersifat basa. Ion OH- di dalam zat antikoagulan akan menetralkan
ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan
tidak terjadi penggumpalan. Terdapat beberapa jenis zat antikoagulan yang
umumnya digunakan oleh perkebunan besar atau perkebunan rakyat diantaranya
adalah amoniak, soda atau natrium karbonat, formaldehida serta natrium
sulfit . Penggumpalan
spontan biasanya disebabkan oleh pengaruh enzim dan bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan
pada hari berikutnya akan
tercium bau yang
busus. Proses penggumpalan
spontan ini dikenal dengan prakoagulasi lateks. Sedangkan penggumpalan buatan biasanya dilakukan dengan penambahan asam,
seperti asam asetat (asam cuka) dan asam formiat (asam semut).
Jumlah asam yang dibutuhkan tergantung
dari kadar karet kering lateks, yakni 0.04% per kg
karet kering (asam formiat) atau 0.02 % per kg karet kering (asam asetat). Dengan cara ini lateks akan
menggumpal 3-4 jam sesuai dengan mekanisme pengolahan lateks di pabrik
pengolahan karet remah. Dasar penetapan volume asam ini sebenarnya kurang
tepat karena prinsip dasar proses koagulasi adalah menurunkan pH lateks segar (± pH 6.9) menjadi pH lateks penggumpalan (pH 4,0-4,7). Dengan cara ini lateks akan menggumpal 15-30 menit. Namun demikian, penggunaan asam dapat
dipertimbangkan dengan waktu mekanisme proses pengolahan. Penggumpalan dengan penggunaaan asam dengan
pH sekitar 4,7 membutuhkan waktu singkat, sedangkan persiapan untuk proses
selanjutnya dibutuhkan waktu 3-4 jam, sehingga volume asam dapat
dikurangi. Penggunaan asam yang berlebihan selain dapat menyebabkan
inefisiensi juga menyebabkan pengerasan koagulum. Koagulum yang lebih keras menyebabkan energi
yang dibutuhkan lebih besar karena menambah jumlah penggilingan yang sudah
barang tentu menambah waktu dan biaya.
Penentuan jumlah volume asam
yang dibutuhkan untuk koagulasi
yang lebih sesuai dengan waktu, maka
pemakaian asam dapat lebih efisien, dan menghasilkan koagulum yang lebih
seragam sehingga proses penggilingan lebih mudah dan hasil lebih seragam.
Penggunaan asam yang bervariasi menyebabkan waktu pengeringan karet berbeda,
kekerasan koagulum berbeda, sehingga jumlah penggilingan juga berbeda sehingga
mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel
karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang.
Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan. Penggumpalan karet didalam lateks kebun (pH ±
6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai
titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif sehingga elektrokinetis
potensial sama dengan nol. Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun segar
adalah pada pH 4,5 – 4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak
digunakan adalah asam formiat atau asetat dengan karet yang dihasilkan bermutu
baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulphate atau nitratpat merusak mutu karet
yang digumpalkan.
Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti
alcohol juga dapat menggumpal partikel karet, karena ikatan hidrogen antara
alcohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan
protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet
didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggumpalan
alcohol sebagai penggumpal lateks secara komersil jarang digunakan. Penambahan
elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan partikel karet
(negatif), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak,
mengakibatkan karet menjadi menggumpal. Sifat karet yang digumpalkan dengan
tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet.
trims infonya
BalasHapus